Rabu, 16 Maret 2016

Biaya Renovasi Rumah Mahal? Ini Cara Dapat Dananya

CILEUNGSI, KOMPAS.com - Biaya Renovasi rumah sama mahalnya dengan membangun rumah. Sayangnya banyak di antara kita hanya sanggup membeli rumah, namun terseok-seok manakala rumah sudah waktunya direnovasi.

Saat ini hampir sebagian besar pembelian rumah dilakukan dengan cara KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan masa angsuran paling umum antara 10-15 tahun. Dengan kondisi seperti itu bisa diprediksi kualitas bangunan hanya bertahan 7-10 tahun.

Artinya setelah anda menempati rumah tersebut selama 7-10 tahun maka rumah anda sudah waktunya di renovasi.

Masalahnya, masalah itu sering muncul pada saat angsuran KPR Anda juga belum lunas. Nah, kondisi seperti ini membuat anda perlu menyimak detil ulasan sumber dana renovasi berikut ini, supaya anda tidak hanya melongo saat melihat kusen atau genting rumah sudah mulai keropos dimakan usia.

1.    Gunakan Kredit Renovasi Rumah (Refinancing)
Solusi ini hanya bisa dilakukan jika Anda punya sertifikat lebih dari satu. Biasanya bank akan memberikan pinjaman hingga 80 persen dari harga taksiran rumah. Kelebihannya bunga yang ditawarkan relatif rendah bahkan sebagian bank bahkan bekerjasama dengan produsen semen untuk membuat program layanan pembiayaan renovasi rumah.

Proses refinancing harus melampirkan KTP, Kartu Keluarga, NPWP, dan slip gaji (bagi pegawai atau karyawan). Untuk mendukung proses analis kredit, bank akan meminta anda melampirkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) renovasi rumah, Sertifikat Hak Milik (SHM) serta Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

2.    Manfaatkan Kredit Renovasi BPJS Ketenagakerjaan
Kredit renovasi ini menawarkan bunga rendah dibawah kredit renovasi bank. Syarat memanfaatkan kredit renovasi adalah karyawan sudah menjadi peserta minimal 5 tahun. Jaminannya saldo rekening BPJS ketenagakerjaan peserta. Prosesnya mudah, Anda tinggal datang ke kantor BPJS ketenagakerjaan terdekat dan ikuti semua prosedur yang berlaku.

3.    Manfaatkan Fasilitas Top Up Kredit untuk Biaya Renovasi
Solusi ini bisa dimanfaatkan oleh nasabah bank yang belum lunas KPR namun butuh biaya renovasi. Syaratnya nasabah harus sudah melewati separuh dari masa kredit dan mempunyai riwayat kredit yang baik.

Proses Top Up adalah KPR awal Anda akan ditutup dan Anda akan mempunyai kredit baru. Selisih dana plafon pinjaman Anda setelah dikurangi sisa KPR sebelumnya inilah yang bisa dimanfaatkan untuk renovasi rumah.

Kelemahannya pencairan dana cukup lama, bisa mencapai 1 bulan dan biayanya cukup besar, yaitu biaya provisi, biaya administrasi, biaya premi asuransi, biaya taksasi agunan, dan biaya notaris.

4.    Lakukan Over Kredit KPR
Selain Top Up, persaingan bunga KPR antar bank memungkinkan Anda memilih bank dengan bunga terbaik. Anda bisa mengalihkan KPR anda (take over) ke bank lain, dengan manfaat selisih plafon kredit dengan sisa pinjaman dapat Anda gunakan untuk biaya renovasi. Prosesnya mirip dengan Top Up namun beda bank.

5.    Gunakan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Sebenarnya KTA hanya cocok untuk dana darurat karena bunganya relatif mahal, bisa sampai 3 persen flat per bulan. Keunggulan produk ini yaitu dapat menyediakan dana hingga Rp 200 juta, dan prosesnya pun terbilang cepat sekitar 1-2 minggu, bahkan ada yang cuma 2-3 hari tanpa jaminan.

Sebaiknya KTA ini hanya untuk renovasi minor, dan dengan waktu pengerjaan yang singkat, atau Anda membutuhkan dana tambahan akibat kenaikan biaya konstruksi di tengah proyek.

6.    Gunakan Sistem Pembayaran Borongan atau Harian
Secara umum, masyarakat mengenal 2 sistem renovasi yang dilakukan oleh tukang yaitu borongan dan harian. Sistem borongan banyak digunakan oleh kontraktor bangunan. Jika anda pemain baru dan mengetahui secara pasti apa yang akan direnovasi, sebaiknya lakukan sistem harian. Lain halnya jika anda yakin dan sudah mengetahui konsep renovasi rumah secara matang, maka lebih baik kita menggunakan sistem borongan.

7.    Pilih Waktu yang Tepat
Waktu renovasi bisa menunjang efisiensi biaya renovasi. Saat musim penghujan seharusnya jangan melakukan renovasi karena pada musim ini tukang yang mengerjakan dapat menemui kesulitan. Di samping itu, hasil renovasi juga akan cepat rusak saat musim hujan. Karena itu, disarankan untuk melakukan renovasi di musim panas saja.

Jadi, Mau Pilih Cara yang Mana?

Sekarang tinggal Anda sendiri mau menggunakan cara yang mana. Tapi ingat, setiap cara memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Jadi, pelajari dulu setiap kemungkinan yang bisa muncul, dan sesuaikan dengan kebutuhan dan keuangan Anda sendiri.

Kamis, 10 Maret 2016

Cara Membaca Brosur Developer Agar Tak Terkecoh

RumahCom – Umumnya, calon pembeli yang hendak membeli hunian baru akan mencari informasi selengkap-lengkapnya. Mulai dari perbandingan lokasi, harga, sampai dengan fasilitas yang tersedia di sekitarnya. Salah satu cara paling lazim dilakukan ketika hendak berburu proyek residensial baru seperti apartemen atau perumahan adalah melalui brosur.
Media cetak atau online yang berupa soft copy ini memang paling praktis menjelaskan sebuah produk. Brosur bisa dalam bentuk cetak kertas atau file digital untuk disebarkan di internet. Brosur yang bagus tentu akan lebih menarik pembaca untuk melakukan pembelian.
Sayangnya, media promosi yang satu ini sering menawarkan bahasa marketing yang kerap kali mengecoh. Nah, agar Anda memahami cara membaca brosur yang benar, berikut ini beberapa hal yang bisa Anda perhatikan.



 Contoh Flyer

  1. Promo Uang Muka
Ada banyak strategi pemasaran yang ditawarkan oleh developer untuk menarik konsumen dalam membeli rumah atau apartemen baru. Salah satunya ialah dengan menawarkan keringanan dalam membayar uang muka. Seperti yang telah diketahui, sebelum mengajukan KPR, pembeli wajib menyerahkan uang muka sekitar 20 sampai dengan 30 persen.
Untuk meringankan bobot pembayaran tersebut, pengembang sering menawarkan promo uang muka mulai dari 10 persen sampai dengan promo “tanpa DP”. Dalam memahami skema keringanan uang muka ini, Anda harus bertanya langsung dengan bagian staf marketing. Terlebih untuk promo tanpa DP. Bentuk promosi seperti ini terbilang jarang ditemukan dan memerlukan beberapa syarat tertentu.
  1. Memahami NUP
Mungkin beberapa dari Anda masih asing dengan kata NUP (Nomor Urut Pembelian) yang sering dicantumkan pada headline brosur. NUP adalah urutan pembelian yang didapat dari pembeli potensial dengan membayar sejumlah uang. Biasanya, seminggu atau tiga hari menjelang peluncuran, pembeli potensial sudah mendapatkan NUP tersebut.
Berbeda dengan booking fee, NUP biasanya bersifat refundable atau bisa dikembalikan jika batal membeli. Jumlahnya juga ringan mulai dari Rp1 juta sesuai dengan kebijakan pengembang. Nah, nominal yang ringan ini sering menjadi iming-iming yang ditampilkan dengan ukuran font besar di bagian brosur. Seperti contoh tagline “Bayar 1 juta dapat apartemen Rp250juta.”
  1. Cicilan dan Harga
Banderol angka yang berkaitan dengan harga dan cicilan seringkali mengecoh calon pembeli. Hal pertama yang harus Anda waspadai adalah penulisan kata berakhiran –an yang menjelaskan nominal harga. Semisal “Apartemen strategis harga Rp200 jutaan”, atau “Cicilan perbulan hanya Rp2 jutaan.” Faktanya, apartemen tersebut bisa jadi memiliki harga Rp295 juta atau cicilan perbulannya mencapai Rp2,9 juta. Walaupun terkesan mengecoh, Anda tidak bisa menyalahkan pengembang karena imbuhan berakhiran –an memang bermaksud untuk menjelaskan kisaran angka yang tidak spesifik.
  1. Kritis Soal Lokasi
Semua orang tentu mencari lokasi strategis ketika hendak membeli properti. Untuk itu, pengembang sering mencantumkan jarak tempuh yang kurang akurat demi menarik perhatian konsumen. Sebagai contoh, jika terdapat tulisan “Hanya 5 menit dari pintu tol”, maka Anda harus melakukan double check untuk memastikan kebenarannya.
Pelajari apakah daerah tersebut kerap mengalami kepadatan lalu lintas di jam-jam sibuk, atau selalu lengang dan lancar? Jika tidak memungkinkan untuk datang ke lokasi atau bertanya kepada warga lokal di sekitarnya, Anda juga bisa mengecek jarak dan waktu tempuh melalui Google Maps.



 TRP Tahap Awal Blok C
  1. Jangan Mudah Percaya
Sebagai salah satu alat pemasaran, brosur tidak menjelaskan banyak hal yang terperinci. Beberapa diantaranya ada yang mencantumkan promo atau gratis namun luput dari penjelasan syarat dan ketentuan.
Ilustrasi artistik juga tidak selalu persis dengan aslinya. Oleh karena itu, sebelum kecewa, ada baiknya Anda aktif bertanya kepada staf bagian pemasaran secara langsung. Jika tertera jaminan ROI (Return of Investment) atau kembali modal, Anda juga perlu meminta perhitungan yang rinci.