POJOKJABAR.com, BOGOR – Pemekaran Bogor Timur masih menjadi perbincangan hangat masyarakat wilayah timur Kabupaten Bogor. Mulai dari masyarakat menengah bawah, elit politik, hingga para pengusaha. Salah satu yang sering diperbincangkan yakni tumbuh kebang Bogor Timur.
Sebab, perkembangan di wilayah timur ini masih tumpang tindih. Ada yang berkembang dengan pesat, ada pula yang tertinggal jauh. Dari delapan kecamatan, ada tiga kecamatan yang bertolak belakang. Yakni Kecamatan Cileungsi, Sukamakmur, dan Tanjungsari.
Di Kecamatan Tanjungsari, masih ditemukan warga yang hidup tanpa listrik. Jauh tertinggal dengan Kecamatan Cileungsi yang kini menjadi primadona para pengembang maupun ritel.
Pemerintah Kecamatan Tanjungsari mencatat 2.568 kepala keluarga (KK) hidup miskin. Sementara, ada tiga dusun belum berlistrik. Meski masih ada 1058 rumah tidak layak huni (RTLH) di Kecamatan Cileungsi, namun perumahan elit kini terus menjamur.
Selain itu, tidak susah mendapatkan restoran dan tempat hiburan di Kecamatan Cileungsi. Bahkan dalam waktu dekat, dua mal raksasa akan hadir di Cileungsi.
Satu mal dalam tahap pembangunan, satu mal dalam tahap perencanaan. Tumpang tindih pun terlihat dari pendapatan masyarakatnya. Di Kecamatan Tanjungsari, masih ada warga yang hanya berpenghasilan Rp5000 per hari.
Sementara di Kecamatan Cileungsi, pendapatan warga minimal Rp50 ribu per hari. Tidak sedikit pula warga Cileungsi berpenghasilan hingga Rp1 juta per hari.
Selain itu, Cileungsi merupakan kasawan industri. Sedangkan di Tanjungsari, hanya ada penambang pasir dan batu split. Itupun warganya hanya sebagai kuli yang upahnya tidak menentu.
Tidak hanya itu, tingginya urbanisasi di Kecamatan Cileungsi membuat profek bisnis properti semakin menjajikan. Pendatang dari Jakarta dan Bekasi mulai menyaingi polulasi penduduk Cileungsi.
Selain itu, pendatang dari Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur pun meningkat. Tingginya jumlah pendatang ini dibenarkan Camat Cileungsi, Ade Yana Mulyana.
“Ada 45 persen pendatang di Kecamatan Cileungsi,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Para pendatang ini umumnya tinggal di 15 perumahan di Cileungsi.
“Pendatang biasanya tinggal di perumahan, kalau penduduk asli di desa-desa,” katanya.
Peluang itu yang membuat pengembang berbondong-bondong membangun perumahan di Cileungsi. Padatnya jumlah penduduk di Cileungsi, membuat pengembang raksasa membangun apartemant.
“Cileungsi-Jonggol menjadi lahan investasi menjanjikan. Tidak menutup kemungkinan, di Cileungsi dibangun gedung pencakar langit,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar